Senin, 10 Februari 2014

Kesetiaan Menurut Ajaran Islam dan Sangat Perlu Kita Ketahui

 


 
Al-Qur'an memberikan penjelasan mendasar mengenai sifat dasar manusia. Semua ciri kepribadian orang kafir yang jahat dan juga sifat baik orang beriman disebutkan.
Tentu saja sifat orang mukmin yang ikhlas dan dapat dipercaya, berbeda jauh dengan sifat orang kafir. Demikian juga sifat penyayang orang beriman, keberanian dan kerendah-hatiannya, berbeda jauh dengan orang kafir yang sombong, zalim, kejam, dan egois. Sebuah keistimewaan yang membedakan dua kelompok ini ialah kesetiaan atau ketidaksetiaan. Orang kafir sulit setia karena mereka termotivasi oleh kepentingan pribadi yang membuat mereka tidak memiliki teman sejati maupun saudara dekat. Dan mereka mudah menyerah terhadap sesuatu yang mereka perjuangkan yang mereka pikir benar.

Namun orang beriman memiliki sifat yang benar-benar berbeda. Tindakan yang mereka terapkan pada perbuatan dan hidup mereka merupakan penjabaran ayat "Sesungguhnya shalatku, ketaatanku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah Tuhan semesta alam (Al-An'am:162). Sebagai akibatnya, orang yang beriman memiliki perhatian penuh terhadap kelakuan mereka yang bertujuan memenuhi keinginan Allah. Kendatipun tidak ada keuntungannya, mereka tidak pernah meninggalkan jalan kebenaran serta senatiasa menunjukkan kesetiaan yang tetap teguh dan tidak tergoyahkan kepada orang beriman dan utamanya kepada pemimpin orang beriman. Allah menggambarkan kesetiaan yang ditunjukkan oleh orang beriman sebagai berikut:

Di antara Para Mukmin itu ada orang-orang yang benar-benar setia terhadap janji mereka kepada Allah, di antaranya ada yang gugur dan ada pula yang menanti-nanti takdir. Akhirnya tidak seorangpun dari mereka yang berobah pendirian prasetianya Di antara para tokoh sahabat Nabi ada yang menyatakan prasetia untuk berjuang sampai gugur sebagai pahlawan (syahid), masing-masing ialah: Usman, Thalha, said bin Yazid, Hamzah, Mush'ab bin Umair. dan lain-lainAl-Ahzab:23

Kesetiaan menjaga semua orang beriman yang berperang untuk iman mereka, adalah suatu tekad bulat. Kebulatan tekad ini penting bagi komunitas orang beriman yang tabah. Seorang Mukmin akan gagal menjaga kehormatan, jika sekali saja menunjukkan ketidaksetiaan. Sekali saja orang kehilangan kehormatan dirinya, maka secara berangsur-angsur dia mendekati titik hilangnya iman. Sesudah itu keadaan memburuk dengan sangat cepat dan dia kembali melakukan kebiasaan lama yang tercela seperti halnya orang kafir dan munafik lakukan. Ini karena kekafiran mendukung seseorang untuk melakukan penipuan. Pertama-tama dia melampaui batas dengan mencoba menyembunyikan ketidak-setiaannya dari orang beriman lain. Kemudian dia mulai berbohong dan melakukan usaha yang terus-menerus untuk mencurangi mereka. Lalu 'bakat'nya dalam berbohong membuatnya merasa bahwa dia dapat benar-benar menipu orang beriman dan mulai mengadopsi cara hidup yang mencari keuntungan secara tidak adil dari mereka. Hal ini menandakan keadaan pikiran di mana penipu tersebut tidak merasakan lagi cinta kepada orang beriman. Dalam keadaan begini, dia lebih mencari kerelaan manusia daripada kerelaan Allah. Itulah sebabnya dia berjuang mati-matian untuk membela gengsinya yang tinggi. Dia memandang segala sesuatu yang mungkin merusak gengsinya sebagai ancaman serius dan berusaha lebih keras melindungi dirinya dengan mengatakan lebih banyak lagi kebohongan. Ketika orang beriman mulai merasakan kebohongannya, dia menunjukkan lebih banyak lagi ciri kemunafikan. Pada titik ini dia mencoba mengakui kesalahan guna menyelamatkan muka. Tetapi usaha ini mengubah dia sepenuhnya menjadi jenis orang yang tidak ragu lagi bersekutu dengan orang kafir dan orang munafik.

Rangkaian peristiwa yang disebutkan di atas dalam beberapa hal mengungkapkan bagaimana ketidaksetiaan yang walaupun sedikit, dapat menyebabkan seseorang terjerumus kepada kemurtadan. Sebaliknya orang mukmin yang benar keimanannya tetap teguh bertekun dalam kebenaran sampai hari kematian mereka, karena mereka berhutang kepada Allah. Hal ini dicatat di dalam ayat berikut:

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, berarti dia telah mentaati Allah Mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Dan siapa yang membangkang, maka Kami tidak mengutusmu untuk bertindak sebagai Pemeliharanya. An-Nisa:80

Orang mukmin hendaknya peka terhadap kebenaran. Sambil memberitahu kita tentang orang munafik yang siap lari dari kewajiban, Allah memerintahkan kita memberi perhatian terhadap sumpah yang mereka ucapkan bahwa mereka tidak akan surut berbalik dan karenanya siap memikul tanggung jawab berat.

Padahal dahulu mereka sudah berjanji tidak akan mundur ke belakang Khianat. Sedang janji kepada Allah itu harus dipertanggung-jawabkan. Al-Ahzab:15

Bersumpah kepada Allah sangat berat. Karenanya Allah memerintahkan orang beriman:

Dan janganlah kamu pertukarkan perjanjian dengan Allah itu dengan imbangan harga yang murah. Sesungguhnya apa yang tersedia di sisi Allah, jauh lebih baik, jika kamu mengetahui. An-Nahl:95

Tidak diragukan lagi, tanda terpenting dari kesetiaan adalah kepatuhan. Kepatuhan merupakan sifat penting orang beriman sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, merupakan kunci untuk mendapatkan rahmat Allah guna memperoleh surga dan meraih kemenangan atas orang kafir.

Taatilah Allah dan Rasul, semoga kamu diberi rahmat. Al-Imran:132.
Itulah Hukum Syariat Allah. Barangsiapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya dimasukkan-Nya ke syurga yang banyak mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di sana. Dan itulah keberuntungan yang sangat besar.An-Nisa:13
Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taati pulalah Rasul serta pemegang kekuasaan Artinya kepala negara, ulama, pemimpin dsb. tempat tumpuan hajat hidup dan kemaslahatan umum. Jika mereka telah bersepakat memutuskan sesuatu perkara, maka keputusan itu wajib diturut dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum Tuhan dan sunnah Rasul-Nya di antaramu. Kalau kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan sunnah Rasul, jika benar-benar kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya. An-Nisa:59
Tidaklah Kami utus Rasul itu kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Kalau mereka setelah menganiaya dirinya sendiri, lalu datang kepadamu sambil memohon ampun kepada Allah. Sedang Rasulpun ikut pula memohonkan ampun, tentu mereka mendapati Allah Maha Penerima tabat dan Penyayang. Maka demi Tuhanmu! Mereka pada hakekatnya belum beriman, sebelum mereka meminta keputusanmu dalam perkara-perkara perselisihan antara mereka. Kemudian mereka tidak menaruh keberatan di dalam hatinya terhadap keputusanmu itu, dan mereka menerima sepenuhnya. An-Nisa:64-65
Dan orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul, mereka sejajar dengan orang-orang yang diberi karunia oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada Rasul, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang salih. Dan mereka adalah sahabat yang sebaik-baiknya. An-Nisa:69

Dalam keadaan bagaimanapun juga, orang mukmin hendaknya berkomitmen untuk senatiasa patuh. Orang munafikpun dapat patuh tetapi hanya pada keadaan yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu banyak syaratnya. Namun pada saat sulit dan penuh masalah, hanya orang mukmin sejatilah yang tetap bertekun pada ketaatan mereka. Allah memberitahu kita tentang orang-orang munafik yang hidup di jaman Nabi. Mereka sulit untuk berperang di jalan Allah. Namun mereka mau bergabung ketika ada "keuntungannya dan mudah perjalanannya"

Berangkatlah ke medan perang dalam keadaan suka dan duka dan berjuanglah dengan harta dan jiwa ragamu di jalan Allah! Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Jika ajakanmu itu kepada satu keuntungan yang mudah diperoleh dan jarak perjalananpun terasa dekat pula tentu mereka mengikutimu. Tetapi jika perjalanan yang kamu anjurkan itu terasa amat jauh oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah: "Kalau kami sanggup, tentulah kami berangkat bersama-sama denganmu". Cara yang demikian itu akan membinasakan jiwa mereka sendiri, karena Allah mengetahui bahwa mereka betul-betul berdusta. At-Taubah:41-42

Salah satu sifat utama orang beriman ialah memelihara kepatuhan mereka dalam setiap keadaan dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Al-Qur'an memberitahu kita tentang sikap yang berbeda dari orang kafir dan orang mukmin.

Mereka berkata: "Kami beriman kepada Allah dan Rasul. Tetapi setelah itu sebagian mereka ada yang berpaling. Sebenarnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasulnya, supaya ia dapat mengadili perkara di antara mereka, ada segolongan di antara mereka yang menolak untuk datang. Tetapi kalau putusan hukum akan menguntungkan mereka, mereka datang dengan patuh memenuhi panggilan Rasul itu. Apakah hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit? Atau apakah mereka merasa ragu-ragu, atau mereka merasa tidak takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya tidak berlaku adil terhadap mereka? Sebenarnya merekalah yang tidak mempunyai rasa keadilan! Lain halnya dengan jawaban kaum Mukmin, bila mereka dipanggil oleh Allah dan Rasul-Nya, supaya ia dapat mengadili perkara di antara mereka, tidak lain ucapan mereka hanya: "Kami mendengar dan kami patuh!" Merekalah orang-orang beruntung! Barangsiapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bertakwa kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan. Mereka bersumpah demi Allah dengan sesungguh-sungguhnya, sehingga jika mereka engkau perintahkan berperang, mereka pasti berangkat. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, sebab ketaatanmu itu sudah terkenal buruknya Hanya taat di bibir saja tapi ingkar di hati Sesungguhnya Allah Maha Waspada terhadap segala perbuatanmu. Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Jika kamu berpaling, maka kewajiban Rasul melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan kewajibanmu harus menjalankan tugas yang dibebankan kepadamu. Kalau kamu patuh kepadanya, berarti kamu mendapat petunjuk, sedang kewajiban Rasul hanya sekedar menyampaikan saja dengan tegas. An-Nur:47-54

Kepatuhan kepada Rasul hendaknya datang dari lubuk hati yang terdalam dengan komitmen penuh. Orang beriman hendaknya mengakui bahwa keputusan Rasul adalah benar dan dengan demikian tidak pernah meragukannya. Ini adalah hal yang sangat penting mengingat enggan patuh digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai ciri orang kafir (An-Nisa:65).

Kepatuhan adalah tanda pasti dari keimanan seseorang kepada Allah dan keinginan total untuk menjadi hamba-Nya. Hal ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keselamatan. Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al-Anfal:24, Rasul menyeru manusia kepada keselamatan abadi mereka. Dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa Rasul memanggil orang beriman kepada keselamatan, kebebasan, kesenangan, dan terhindar dari iblis. Pada ayat 157 Surat Al-A'raf Allah berfirman:

Yaitu mereka yang mengikuti Rasul, yang sifat-sifatnya: pertama, ia adalah nabi yang ummi; kedua namanya telah dituliskan di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka; ketiga dan keempat menganjurkan berbuat baik dan mencegah perbuatan yang keji; kelima dan keenam menghalkan bagi mereka segala yang baik, mengharamkan kepada mereka segala yang buruk; dan yang ketujuh membekukan peraturan-peraturan yang memberatkan mereka dan mengorak belenggu-belenggu yang mengikatnya Maksudnya Al-Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w., ialah sebagai pengganti peraturan-peraturan yang sangat keras di dalam Taurat, misalnya ; wajib bunuh diri untuk sahnya tobat, wajib qishas terhadap kasus pembunuhan dan peraturan yang sangat lunak di dalam Injil, misalnya : kalau ditampar orang pipi kanan hendaklah diserahkan lagi pipi yang kiri.. Maka orang-orang yang beriman kepada Nabi yang ummi itu, yang memuliakan dan membantunya; dan yang mengikuti cahaya terang Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya, mereka orang-orang yang beruntung. Al-A'raf:157

Kemenangan orang beriman atas orang kafir juga bergantung pada kepatuhan mereka pada Rasul dan para pemimpin mereka. Sebagai jawaban atas kepatuhan mereka, Allah mendukung orang-orang beriman dan memberi mereka kemenangan yang mulia. Akan tetapi jika mereka tidak patuh, mereka kehilangan kekuatan atas orang kafir. Allah mencontohkan kejadian semacam itu pada jaman Nabi pada ayat di bawah ini:

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjinya kepadamu. Ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan perang itu, serta melanggar perintah Rasul Ketika perang Uhud, pasukan panah telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. tidak boleh meninggalkan posnya, perintah ini telah dilanggar. sesudah Tuhan memperlihatkan kepadamu apa-apa yang kamu sukai. Di antaramu ada yang menghendaki kesenangan dunia dan ada pula yang menginginkan kebahagiaan akhirat. Kemudian Tuhan membelokkan perhatianmu dari menghadapi musuh guna menguji ketabahan dan kekuatan imanmu. Sesungguhnya Allah telah memaafkan kesalahanmu dan Allah itu pemberi kurnia atas orang-orang yang beriman. Ali Imran:152

Keselamatan hanya dapat dicapai melalui kepatuhan. Orang-orang yang tidak mematuhi Rasul dan mengikuti jalan selain jalan orang yang memimpin kepada kebaikan, akhirnya akan menuju neraka. Allah membuat fakta ini menjadi sederhana di dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

Dan barangsiapa yang masih juga menantang Rasul, setelah jelas baginya petunjuk yang keluar dari ucapan Rasul itu, dan diikutinya juga jalan yang bukan jalan orang yang beriman, Kami biarkan ia bergelimang dalam kesesatan yang dipilihnya itu untuk kemudian kami masukkan ke dalam Jahanam. Itulah tempat yang seburuk-buruknya. An-Nisa:115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar