Krui sejak zaman dahulu sudah dikenal oleh Dunia, daerah Krui terbentang dari muara tanda batas Bintuhan diutara sampai way meluang, batas Semangka diselatan.
Saya sangat menyayangkan kenapa kabupaten yang akan dibentuk bukan diberi nama kabupaten Krui, padahal saya sangat yakin semua orang yang berasal dari pesisir barat Lampung itu kalau berada di luar daerah tersebut kita akan mengaku bahwa kita adalah orang Krui.
Nama Krui sendiri sangat sakral, membawa keberuntungan bagi yang menggunakannya dan sudah terkenal sejak zaman dahulu, tetapi karena politik adu domba Belanda sudah mendarah daging di dalam masyarakat kita dan kita malu untuk mengakui kebesaran nama Krui, kita mengajukan nama baru yang tidak ada nilai jual dan tidak mengandung sesuatu yang khas yang bisa selalu dikenang orang, dan bahkan semua daerah di Nusantara ini pasti mempunyai daerah yang disebut pesisir Barat.
Menurut pendapat saya, sepertinya nama Pesisir Barat itu tidak mendapat restu dari nenek moyang kita yang merintis kehidupan di Krui, dan sepertinya hal ini adalah salah satu yang menghambat pemekaran calon kabupaten ini.
Tapi apa boleh buat, nama Pesisir Barat sudah diajukan dan sudah masuk dalam NOTULEN SIDANG PARIPURNA KE-7 DPD-RI, pada 6 Desember 2007.
Dibawah ini saya kutipkan bukti sejarah tentang kebesaran nama dan kemandirian KRUI dari zaman ke zaman.
Dari zaman dahulu Krui sudah mempunyai pelabuhan yang ramai, banyak kapal – kapal besar dari berbagai daerah datang ke pelabuhan Krui. Pelabuhan itu dahulu berada di muara Way Krui di pekon Pedada – Penggawa Lima.
Krui disebut dalam Peta pelayaran nusantara pada tahun 1411 M bahwa di Pulau Sumatera hanya terdapat beberapa kota pelabuhan antara lain : kota pelabuhan Pasee (NAD), Andripura (Indrapura, Riau), Manincabo (Padang, Sumbar), Lu-Shiangshe (Provinsi Bengkulu), Krui, Liamphon (Lamphong atau Lampung), Luzupara (Kemungkinan daerah Tulang Bawang atau Manggala), Lamby (Jambi), dan nama negeri Crïviyäyâ terletak di Musi Selebar.
Kerajaan Penggawa Lima, didirikan oleh Lumiya Ralang (berasal dari kota besi yang masih keturunan dari Banten) dan lima orang penggawanya dari kepaksian paksi pak Skala Brak.
Mereka adalah perintis pertama yang memulai kehidupan di Krui, mereka menumpas suku Tumi (kubu) dan mendirikan kerajaan yang diberi nama Penggawa Lima.
Kerajaan penggawa ini ada dalam catatan sejarah Inggris dibawah ini :
(William Marsden, The History of Sumatera, 1810, chapter 16 page 236) GOVERNMENT. The titles of government are pangeran (from the Javans), kariyer, and kiddimong or nebihi; the latter nearly answering to dupati among the Rejangs. The district of Kroi, near Mount Pugong, is governed by five magistrates called Panggau-limo, and a sixth, superior, called by way of eminence Panggau…..
Pada zaman kerajaan punggawa Lima ini mereka juga mengusahakan dan menguasai sarang burung wallet di gua – gua di dalam hutan dan sepanjang pantai pesisir Krui. Salah satu tempat yang terkenal adalah Darak salai, berada di Hutan Krui. Hal ini juga seperti diberitakan dalam sejarah sumatera dibawah ini :
(William Marsden, The History of Sumatra, 1810, chapter 8, page 145) BIRDS-NEST. The edible birds-nest, so much celebrated as a peculiar luxury of the table, especially amongst the Chinese, is found in similar caves in different parts of the island, but chiefly near the sea-coast, and in the greatest abundance at its southern extremity. Four miles up the river Kroi there is one of considerable size. The birds are called layang-layang, and resemble the common swallow, or perhaps rather the martin. I had an opportunity of giving to the British Museum some of these nests with the eggs in them. They are distinguished into white and black, of which the first are by far the more scarce and valuable, being found in the proportion of one only to twenty-five. The white sort sells in China at the rate of a thousand to fifteen hundred dollars the pikul (according to the Batavian Transactions for nearly its weight in silver), the black is usually disposed of at Batavia at about twenty or thirty dollars for the same weight, where I understand it is chiefly converted into a kind of glue
Selain itu bahwa Krui merupakan kota pelabuhan yang besar, banyak hasil pertanian, hasil hutan dan sebagainya dibawa dari Krui, terbukti dengan dijadikan Krui sebagai daerah keresidenan.
Dalam catatan British Library, Oriental and India Office Collections pada tahun 1792, tercatat 18 atase perdagangan berkantor di Fort Marlborough, Bengkulu . Beberapa kepala perdagangan ini juga menjabat sebagai kepala wilayah atau residen sejumlah kawasan sepanjang pesisir barat Sumatera, antara lain Manna, Lais, Natal, Tapanuli, dan Krui.
Melalui Traktat London tanggal 17 Maret 1824 Bengkulu beralih tangan dari pemerintah Inggris kepada pemerintah Belanda. Dan Daerah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu dimulai dari arah paling utara, yaitu Muko-Muko, Distrik Sungai Lemau, Distrik Sungai Itam, distrik Selebar. Selanjutnya, di bagian selatan kota Bengkulu berturut-turut terdapat wilayah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui.
Pada masa pemerintahan Asisten Residen Knoerle (1830-1833) di wilayah Kaur, Krui, Muko-Muko, dan Silebar ditempatkan kembali seorang posthouder. Selain itu, Knoerle juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang memicu kemarahan elit pribumi, misalnya peraturan tentang penghapusan gelar kepangeranan dengan hak-hak tradisionalnya dan diadakannya reformasi dalam sistem pengadilan.
Knoerle juga mengeluarkan kebijakan wajib tanam lada kepada kepala adat di distrik-distrik mulai dari Seluma sampai ke Krui. Tercatat , dimulai dari kampung Pedada ( Krui) melibatkan 25 orang kepala keluarga yang ikut serta dalam tanam paksa ini.
Pada tahun 1847 penduduk daerah Krui menuntut adanya perbaikan perjanjian kerja karena ‘wajib tanam lada dan kopi’ selama ini dirasakan memberatkan penduduk. Pemberontakan penduduk Krui itu dipimpin oleh Raja Alam dari Penggawa Lima.
Selanjutnya dalam Koloniaal Verslag tahun 1880 dilaporkan bahwa pertanian yang paling maju pada tahun 1879 adalah di afdeling Manna, Kaur, dan terutama di Krui yang terletak di sebelah selatan. Dilaporkan juga bahwa penduduk afdeling Manna dan Kaur tertinggal kesejahteraannya bila dibandingkan dengan penduduk di afdeling Krui. fakta saat ini semua afdeling tersebut kecuali krui sudah menjadi kabupaten.
Selanjutnya, pada tahun 1908 melalui Lembaran Negara (Staatsblad) tahun 1908 no. 646, Keresidenan Bengkulu dibagi menjadi lima daerah afdeeling, yaitu : Afdeeling Bengkulu, Afdeeling Lebong, Afdeeling Seluma, Afdeeling Manna, dan Afdeeling Krui.
Ini adalah sedikit cerita tentang Krui, dan ini saya buat untuk menanggapi pernyataan bahwa banyak daerah hasil pemekaran menjadi daerah tertinggal karena tidak bisa mandiri.
Sepertinya pendahulu kita sudah salah dalam mengambil keputusan untuk bergabung dengan provinsi Lampung pada tahun 1960, mereka berharap dengan bergabung berarti kita pulang kerumah asal nenek moyang kita, tapi kenyataannya sampai saat ini kita masih dianggap belum bisa mandiri.
Semoga tulisan ini bisa membuka sedikit wawasan kita tentang Krui pada zaman dulu, mudah-mudahan bisa membangkitkan semangat kita bahwa Krui layak diperjuangkan menjadi Kabupaten.
Sumber :
Bengkulu dalam sejarah maritim Indonesia, Tunkeme
William Marsden, History of sumatera, 1810, Project Gutenberg
Arsip Nasional Republik Indonesia : Bundel Bengkulu
Heles Yarmaini, Aktivitas perdagangan etnis china Di Bengkulu abad 18 – 20 (alumni Fakultas sejarah UNS)
Dr. Lindayani,M.Hum, Bengkulu ‘Tanah Harapan’ (Lintasan sejarah Bengkulu 1908-1941),
Note :
Tulisan ini sebelumnya sudah ada di catatan Grup Keluarga Besar haspian Kadir dan di Forum Diskusi Grup Perjuangan baru dimulai dukung Pemekaran Kabupaten Pesisir Barat.
Dan sudah diterbitkan oleh Harian Fokus Post pada tanggal 8 Februari 2010.
Saya sangat menyayangkan kenapa kabupaten yang akan dibentuk bukan diberi nama kabupaten Krui, padahal saya sangat yakin semua orang yang berasal dari pesisir barat Lampung itu kalau berada di luar daerah tersebut kita akan mengaku bahwa kita adalah orang Krui.
Nama Krui sendiri sangat sakral, membawa keberuntungan bagi yang menggunakannya dan sudah terkenal sejak zaman dahulu, tetapi karena politik adu domba Belanda sudah mendarah daging di dalam masyarakat kita dan kita malu untuk mengakui kebesaran nama Krui, kita mengajukan nama baru yang tidak ada nilai jual dan tidak mengandung sesuatu yang khas yang bisa selalu dikenang orang, dan bahkan semua daerah di Nusantara ini pasti mempunyai daerah yang disebut pesisir Barat.
Menurut pendapat saya, sepertinya nama Pesisir Barat itu tidak mendapat restu dari nenek moyang kita yang merintis kehidupan di Krui, dan sepertinya hal ini adalah salah satu yang menghambat pemekaran calon kabupaten ini.
Tapi apa boleh buat, nama Pesisir Barat sudah diajukan dan sudah masuk dalam NOTULEN SIDANG PARIPURNA KE-7 DPD-RI, pada 6 Desember 2007.
Dibawah ini saya kutipkan bukti sejarah tentang kebesaran nama dan kemandirian KRUI dari zaman ke zaman.
Dari zaman dahulu Krui sudah mempunyai pelabuhan yang ramai, banyak kapal – kapal besar dari berbagai daerah datang ke pelabuhan Krui. Pelabuhan itu dahulu berada di muara Way Krui di pekon Pedada – Penggawa Lima.
Krui disebut dalam Peta pelayaran nusantara pada tahun 1411 M bahwa di Pulau Sumatera hanya terdapat beberapa kota pelabuhan antara lain : kota pelabuhan Pasee (NAD), Andripura (Indrapura, Riau), Manincabo (Padang, Sumbar), Lu-Shiangshe (Provinsi Bengkulu), Krui, Liamphon (Lamphong atau Lampung), Luzupara (Kemungkinan daerah Tulang Bawang atau Manggala), Lamby (Jambi), dan nama negeri Crïviyäyâ terletak di Musi Selebar.
Kerajaan Penggawa Lima, didirikan oleh Lumiya Ralang (berasal dari kota besi yang masih keturunan dari Banten) dan lima orang penggawanya dari kepaksian paksi pak Skala Brak.
Mereka adalah perintis pertama yang memulai kehidupan di Krui, mereka menumpas suku Tumi (kubu) dan mendirikan kerajaan yang diberi nama Penggawa Lima.
Kerajaan penggawa ini ada dalam catatan sejarah Inggris dibawah ini :
(William Marsden, The History of Sumatera, 1810, chapter 16 page 236) GOVERNMENT. The titles of government are pangeran (from the Javans), kariyer, and kiddimong or nebihi; the latter nearly answering to dupati among the Rejangs. The district of Kroi, near Mount Pugong, is governed by five magistrates called Panggau-limo, and a sixth, superior, called by way of eminence Panggau…..
Pada zaman kerajaan punggawa Lima ini mereka juga mengusahakan dan menguasai sarang burung wallet di gua – gua di dalam hutan dan sepanjang pantai pesisir Krui. Salah satu tempat yang terkenal adalah Darak salai, berada di Hutan Krui. Hal ini juga seperti diberitakan dalam sejarah sumatera dibawah ini :
(William Marsden, The History of Sumatra, 1810, chapter 8, page 145) BIRDS-NEST. The edible birds-nest, so much celebrated as a peculiar luxury of the table, especially amongst the Chinese, is found in similar caves in different parts of the island, but chiefly near the sea-coast, and in the greatest abundance at its southern extremity. Four miles up the river Kroi there is one of considerable size. The birds are called layang-layang, and resemble the common swallow, or perhaps rather the martin. I had an opportunity of giving to the British Museum some of these nests with the eggs in them. They are distinguished into white and black, of which the first are by far the more scarce and valuable, being found in the proportion of one only to twenty-five. The white sort sells in China at the rate of a thousand to fifteen hundred dollars the pikul (according to the Batavian Transactions for nearly its weight in silver), the black is usually disposed of at Batavia at about twenty or thirty dollars for the same weight, where I understand it is chiefly converted into a kind of glue
Selain itu bahwa Krui merupakan kota pelabuhan yang besar, banyak hasil pertanian, hasil hutan dan sebagainya dibawa dari Krui, terbukti dengan dijadikan Krui sebagai daerah keresidenan.
Dalam catatan British Library, Oriental and India Office Collections pada tahun 1792, tercatat 18 atase perdagangan berkantor di Fort Marlborough, Bengkulu . Beberapa kepala perdagangan ini juga menjabat sebagai kepala wilayah atau residen sejumlah kawasan sepanjang pesisir barat Sumatera, antara lain Manna, Lais, Natal, Tapanuli, dan Krui.
Melalui Traktat London tanggal 17 Maret 1824 Bengkulu beralih tangan dari pemerintah Inggris kepada pemerintah Belanda. Dan Daerah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu dimulai dari arah paling utara, yaitu Muko-Muko, Distrik Sungai Lemau, Distrik Sungai Itam, distrik Selebar. Selanjutnya, di bagian selatan kota Bengkulu berturut-turut terdapat wilayah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui.
Pada masa pemerintahan Asisten Residen Knoerle (1830-1833) di wilayah Kaur, Krui, Muko-Muko, dan Silebar ditempatkan kembali seorang posthouder. Selain itu, Knoerle juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang memicu kemarahan elit pribumi, misalnya peraturan tentang penghapusan gelar kepangeranan dengan hak-hak tradisionalnya dan diadakannya reformasi dalam sistem pengadilan.
Knoerle juga mengeluarkan kebijakan wajib tanam lada kepada kepala adat di distrik-distrik mulai dari Seluma sampai ke Krui. Tercatat , dimulai dari kampung Pedada ( Krui) melibatkan 25 orang kepala keluarga yang ikut serta dalam tanam paksa ini.
Pada tahun 1847 penduduk daerah Krui menuntut adanya perbaikan perjanjian kerja karena ‘wajib tanam lada dan kopi’ selama ini dirasakan memberatkan penduduk. Pemberontakan penduduk Krui itu dipimpin oleh Raja Alam dari Penggawa Lima.
Selanjutnya dalam Koloniaal Verslag tahun 1880 dilaporkan bahwa pertanian yang paling maju pada tahun 1879 adalah di afdeling Manna, Kaur, dan terutama di Krui yang terletak di sebelah selatan. Dilaporkan juga bahwa penduduk afdeling Manna dan Kaur tertinggal kesejahteraannya bila dibandingkan dengan penduduk di afdeling Krui. fakta saat ini semua afdeling tersebut kecuali krui sudah menjadi kabupaten.
Selanjutnya, pada tahun 1908 melalui Lembaran Negara (Staatsblad) tahun 1908 no. 646, Keresidenan Bengkulu dibagi menjadi lima daerah afdeeling, yaitu : Afdeeling Bengkulu, Afdeeling Lebong, Afdeeling Seluma, Afdeeling Manna, dan Afdeeling Krui.
Ini adalah sedikit cerita tentang Krui, dan ini saya buat untuk menanggapi pernyataan bahwa banyak daerah hasil pemekaran menjadi daerah tertinggal karena tidak bisa mandiri.
Sepertinya pendahulu kita sudah salah dalam mengambil keputusan untuk bergabung dengan provinsi Lampung pada tahun 1960, mereka berharap dengan bergabung berarti kita pulang kerumah asal nenek moyang kita, tapi kenyataannya sampai saat ini kita masih dianggap belum bisa mandiri.
Semoga tulisan ini bisa membuka sedikit wawasan kita tentang Krui pada zaman dulu, mudah-mudahan bisa membangkitkan semangat kita bahwa Krui layak diperjuangkan menjadi Kabupaten.
Sumber :
Bengkulu dalam sejarah maritim Indonesia, Tunkeme
William Marsden, History of sumatera, 1810, Project Gutenberg
Arsip Nasional Republik Indonesia : Bundel Bengkulu
Heles Yarmaini, Aktivitas perdagangan etnis china Di Bengkulu abad 18 – 20 (alumni Fakultas sejarah UNS)
Dr. Lindayani,M.Hum, Bengkulu ‘Tanah Harapan’ (Lintasan sejarah Bengkulu 1908-1941),
Note :
Tulisan ini sebelumnya sudah ada di catatan Grup Keluarga Besar haspian Kadir dan di Forum Diskusi Grup Perjuangan baru dimulai dukung Pemekaran Kabupaten Pesisir Barat.
Dan sudah diterbitkan oleh Harian Fokus Post pada tanggal 8 Februari 2010.
By “Ngah Fe” (Firdawati ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar