Sabtu, 23 April 2011

Memanfaatkan Jalan Liwa Krui Sebagai Lokasi Wisata Dan Kantong Parkir Serta Pos Insidentil Bencana


Sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia senantiasa mengalami gelombang pertentangan pertentangan politik yang tajam dan serentetan pergolakan yang terus menerus, sedangkan usaha usaha untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi mengalami kemerosotan serta menambah berat nya penderitaan rakyat banyak, hal ini masuk dalam fase era otonomi daerah dimana jabatan bupati sebagai kepala daerah selama lima tahun belum menunjukan satu bentuk kerja yang maksimal dan lebih cenderung konsep membangun daerah senantiasa berstandar dualisme injeksi kepentingan yaitu kepentingan politik dan birokrasi, namun dinilai konsentrasi lima tahun tidak berarti dalam realisasi konsep yang ril untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat serta memberikan warna sebuah kemajuan.
Melihat sebuah kenyataan berdasarkan survei penulis dan dikembangkan dengan keadaan alam kabupaten Lampung Barat, kita bisa menggabungkan sebuah rencana pembangunan yang bersifat tidak terlalu kaku dan realistis diterima serta dimanfaatkan dengan maksimal oleh masyarakat serta mampu memberikan sumbangan pendapatan masyarakat dan daerah. Disini penulis melihat dari dekat akan jalan Liwa - Krui, dimana jalan Liwa Krui merupakan jalan Provinsi yang menghubungkan kota Liwa sebagai pusat pemerintahan kabupaten Lampung Barat dengan kota Krui sebagai kota pusat perdagangan dan pusat pariwisata dikabupaten paling ujung di Provinsi Lampung yang kita cintai bersama.

Jalan Liwa - Krui melintasi wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ( TNBBS) artinya pemandangan alam yang masih alami bisa kita lihat disepanjang jalan, dan ditambah hutan damar masyarakat yang begitu membuat sejuk pandangan mata kita saat melintas dijalan tersebut . Setidaknya sudah terpikir oleh kita apabila disepanjang jalan liwa krui dibangun kantong kantong parkir sebagai tempat peristirahatan pengguna jalan, terutama sebagai lokasi pelepas lelah pengguna jalan . Tahapan pembangunan dapat dilaksanakan bertahap dan memenuhi standar tekhnis yang aman dan berkwalitas, luas kantong parkir dimaksud lebih kurang 12/20 Meter2 sehingga tidak begitu sempit digunakan oleh beberapa kenderaan pribadi, juga sebagai sarana putar haluan trukc atau bus penumpang ketika terjadi tanah longsor atau bencana pohon tumbang .

Kantong parkir dimaksud juga berfungsi sebagai tempat beristirahat dengan memanfaatkan pemandangan sekitarnya, artinya lokasi tersebut termasuk kategori lokasi wisata, karena ketika penempatan lokasi kantong parkir dimaksud selalu disinggahi oleh pemakai jalan, maka tidak menutup kemungkinan para penjual buah buahan dan minumanpun akan hadir guna berjualan disana, sehingga situasi diseputaran lokasi kantong parkir tersebut menjadi sebuah sentra yaitu sentra parkir melepas lelah, sentra penjualan makanan, sentra pos pengendali bencana tanah longsor, dan sentra pariwisata masyarakat lokal termasuk masyarakat diluar Lampung Barat . Kondisi ini belum mendapatkan perhatian pemerintah, baik pemerintah Lampung Barat maupun pemerintah propinsi lampung . Artinya apabila kondisi ini sudah dapat terealisasi maka pembangunan dimaksud akan sangat mendukung beberapa sektor dan bukan hanya kelancaran lalu lintas saja, tapi akan terurai secara majemuk dan dirasakan masyarakat secara langsung .

Selama Lampung Barat berdiri para pemimpin daerah atau bupati belum ada yang berpikir kearah dimaksud, dan seharusnya keadaan jalan liwa krui tidak seperti yang kita lihat sekarang, sempit dan berlobang serta tidak memiliki drainase yang memiliki standar kelayakan, sehingga air ketika hujan turun tidak menggenangi jalan sehingga membuat jalan cepat rusak dan berlobang tergerus oleh air . Pengembangan ini boleh dipelajari oleh pemerintah Lampung Barat, bahkan apabila pemimpin Lampung Barat berpikir akan hal ini, maka sangat dimungkinkan masyarakat akan menilai sebuah konsep yang bergengsi yang dilakukan, artinya membangun satu obyek tetapi sekian sektor dapat dihidupkan artinya sangat jelas manfaat sosial dan manfaat ekonomi yang akan dimunculkan disini . Sebagai contoh Res Area (Sekincau)yang dibangun dizaman bupati Wayan Dirpha begitulah keadaan yang akan dilahirkan, tetapi bedanya yang akan dibangun diwilayah jalan liwa krui memiliki beberapa titik sesuai perencanaan paling sedikit 6 titik lokasi kantong parkir. Dan terbagi dua tempat yaitu bagian timur dan barat ( atau bagian jurang dan bagian perbukitan ) dimana bagian perbukitan harus dilakukan penurunan tebing terlebih dahulu .

Penulis mengangkat issu ini sedikit membuka ruang pemikiran pemerintah Lampung Barat, sehingga Lampung Barat memiliki ciri khas tersendiri dari daerah lain dan sebagai putra daerah penulis melihat ini sebagai sebuah tantangan dalam mengaplikasikan pemikiran sebagai sumbangsih walaupun hanya sebatas pemikiran yang sederhana . Penulis yakin pemerintah Lampung Barat akan lebih membuat sebuah konsep pemikiran yang mapan untuk hal ini . Sehingga nantinya jalan liwa krui akan lebih luas dan memiliki nilai seni sebagai ruang pariwisata dan membuat suasana yang tidak melelahkan bagi pengguna jalan raya, dan dapat menjadikan masyarakat lebih nyaman serta aman melintas diwilayah jalan yang tergolong rawan kecelakaan.

Harapan penulis dan masyarakat akan selalu tercurah dan menunggu bagaimana pemerintah berbuat sesuatu yang baik untuk daerah yang kita cintai bersama " Kabupaten Lampung Barat " yang memiliki Motto " Beguuai Jejama " dengan motto dimaksud penulis melihat bahwa Lampung Barat merupakan hak bersama dan wujud sebuah kebersamaan yang harus selalu tertanam dalam setiap gerak langkah menuju pembangunan yang berdaya guna dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Oleh : Dwi YuliKaryanto

1 komentar:

  1. bagaimana keadaan jalan ke arah liwa dari lampung barat kalau perjalanan malam, apakah aman ?

    BalasHapus