Minggu, 24 Juni 2018

Kewajaran Suara Rakyatmu




Kewajaran Suara Rakyatmu, dan pertanda dirimu diperhatikan saat lelah berpikir dan rakyatmu tak akan pernah lelah sebab kami tau apa yang kami butuhkan wahai pemimpin  Kami Terhormat ; 

Bukan sebuah perbandingan atau membanding - bandingkan, akan tetapi sebuah kejelasan bahwa Tuhan sangat menyayangi kita dengan sejuta nikmat dan bahkan dengan segudang cobaan ataupun ujian yang ditujukan kepada manusia  yaitu semua kita yang hidup dimuka bumi tanpa kecuali, dimana semua kita harus sadar akan kelebihan dan kekurangan diantara kita . 

Tentang hal pesisir barat, sebenarnya tak sulit bagaimana memberikan yang terbaik bagi masyarakat pesisir barat dan tentu syaratnya hanya kebersamaan dalam berpikir akan hal daerah yang kita cintai bersama, Krui ini sebelum mekar hanya bagian cakupan wilayah dari kabupaten lampung barat, setiap tahun kita hanya bisa bicara sebagai anak tiri terutama dalam anggaran daerah, namun kini kita atau daerah kita sudah menjadi kabupaten sendiri, seharusnya kita lebih cepat ketika diumpakan kita berlari, kita bisa kenyang ketika diumpakan kita sedang makan, kita bisa lebih maju ketika kita masuk dalam ruang persaingan antar daerah tetangga, sebab apa " Kita merupakan Masyarakat Yang Hidup Didaerah Kaya Potensi " tapi sayang semua belum bisa kita raih disebabkan kita belum bisa duduk bersama berpikir akan daerah ini, egoisme yang membahana, kekompakan yang lulu lantak oleh ombak samudra hindia . 

Ketika kita renungkan bersama tidak terdengar jelas bahwa ombak lautan saat ini menangis, akan tetapi jelas terdengar tangisan, kita semua tak sadar bahwa tangisan itu bermakna besar dan mengandung hikmah yang sangat besar dan hingga saat ini tak satupun diantara kita ingin membahasnya, kita sibuk dengan kepentingan yang sebenarnya tak jelas dipenghujung mana akan berakhir . Lautpun menunjukan ketidak sepahaman dengan kita sehingga lautan membelah tanah kita, semua kita kaku untuk berbuat, seolah hilang pikiran, kebaikan dan bahkan tujuan kita selama ini . Jelas terlihat dalam pandangan mata kita, namun kita semakin kaku atas segenap pemikiran kita . 

Kita berupaya menjauhkan kekakuan itu, sebab kita sehat, makan dengan selera yang sangat nikmat, tapi tangisan lautan tidak memberikan sebuah kebaikan diantara kita sehingga terhentilah bendungan airmata yang selalu menghantui kita semua, betapa alam sudah menjadi sahabat selama ini bagi kita dan senantiasa kita diberikan nikmat yang sangat luar biasa, namun alam menutup matahati kita sehingga kematian hati membuat kita dan saudara kita terbelenggu dengan kenyataan pahitnya bencana, kami tak sedikit menyalahkan Bapak Penghulu ketika mulut dan hatinya jujur mengatakan bahwa mereka memperjuangkan rakyatnya dan semua dirasakan saat ini bahkan esok lusa oleh rakyatnya, artinya pertautan diharapkan pada titik kebenaran atas haluan utama . 

Semoga lelahmu akan bermakna dan tulusmu akan berlimpah serta ikhlasmu akan membawa surga keharibaanmu kelak wahai Bapak Penghulu, begitupun ketika semua terbalik maka jangan salahkan siapapun , sebab basahnya baju kalian menjadi keringat yang akan menjadi piala yang pedih dan tak satupun diantara kita mampu mengatasinya atau bahkan saling memadamkan satu sama lainya . 

Entahlah apa yang Bapak Penghulu pikirkan setiap bicara selalu berulang tanpa makna, bahkan keseimbanganpun ternodai seketika ............. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar