Dulu kami satu kampung dan hidup berdekatan serta saling memberi apa yang ada pada kami, begitulah kehidupan dikampung yang sangat menyenangkan apapun tidak ada yang dirahasiakan selagi hal itu menjadi bahan perbincangan bersama . Sekian lama dalam menempuh jenjang pendidikan kami terpisah sangat jauh akan tetapi tidaklah surut air kopi digelas jika tidak diminum dan tentu semua kenangan akan tetap abadi dalam jiwa .
Banyak sudah bungga bungga yang dihampiri tapi sekedar mampir beberapa waktu saja serta tidak berdampak pada tertambatnya hati, kesusahan hidup membuat tidak sebegitu indahnya memandangi bunga bunga walau berwarna - warni dihadapan mata, mungkin tak ada yang lebih serius dari merasakan belenggu sebuah cinta yang tertunda, walau tak kandas sebab perasaan ini selalu menyelinap dalam dekapan wajah yang begitu membuat hati ini berdebar .
Sekian lama sudah waktu berjalan dan seiring perjalanan waktu juga melahirkan sebuah pertemuan kembali dengan sahabat lama serta teman teman lama yang masih aku kenal satu persatu walaupun sedikit ada perubahan, maklum memang sudah lama tidak bertemu dan wajahpun sudah mulai ada yang menua karena umur yang tergolong sudah senja. Aku mengajak teman teman minum kopi bersama sudah menjadi rutinitas apalagi dihari minggu saat diriku istirahat tak bekerja, begitu asyiknya sambil minum kopi kami bercerita akan masa lalu yang begitu mempesona, apalagi ketika kami bercerita tentang orang - orang yang pernah dekat dihati .. atau katakanlah mantan pacar . ya teman sekolah yang dekat dihati tentunya. Suatu hari Akbar mengunjungi dan bercerita sejenak di depan rumah saat aku baru saja pulang menjemput istriku dari ladang, siakbar lama tak pulang mungkin karena tugasnya yang sudah berpindah akbar selalu pulang ke kampung sebab jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tugasnya ' hingga akhirnya kami duduk di teras rumah dan istriku mengeluarkan kopi dan singkong goreng untuk saya dan akbar nikmati, akbar begitu menikmati kopi dan singkong goreng sambil dia bertanya seseorang teman ngajinya dulu, sementara saya langsung menjawab di tiyem saat ini sudah menjadi guru dikampung sebelah, tiyem sudah punya anak tiga sambung ku menjelaskan kepada akbar .
Lalu akbar berkata lirih siapa suaminya ..? sambil ianya meneguk kopi, lalu aku menjawab suaminya seorang pedagang di kampung sebelah , lalu akbar bertanya kepada ku bisakah aku bertemu dengan tiyem sekedar bertemu dan melepas kangen sebagai teman lama, akhirnya akbarpun berhasil bertemu dengan tiyem tanpa perantaraan ku, terlihat mereka saling bertemu dan bercerita, maklum aku tau karena rumah tiyem tak jauh dari rumahku, dan aku dapat kabar dari si latif mereka juga sering jalan bersama, dalam perasaanku akbar masih menyimpan rasa penasaran atas cintanya dimasa lalu kepada tiyem , Tiyem meamang berparas cantik dan memiliki kulit kuning langsat dan dia sosok wanita idaman peria sejati .
Setelah sering bertemu akbar selalu menyempat diri untuk pulang kekampungnya sekedar melepas kangen dengan kekasih lamanya tiyem dan mereka tak sungkan ngobrol bersama diteras rumah tiyem, tiyem nampak mendapatkan perhatian besar dari akbar meebihi perhatian suaminya . Asmara mereka berlanjut dan akbar mendorong karier tiyem tidak tanggung tanggung rupanya asmara sudah bercampur aduk dengan kopi godokan tiyem sehingga akbar menjadi membara disetiap harinya . Kisah antara akbar dan tiyem semakin lama semakin asyik bahkan oarang sekampung banyak yang menyaksikan dan tau, akan tetapi baik akbar atau tiyem tidak peduli dengan kondisi apapun, sebab bagi mereka sudah sangat bahagia dengan saat ini . Mereka bahagia selayaknya kebahagiaan yang tertunda .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar